Rabu, 16 Desember 2009

REKONSTRUKSI SOSIAL


Sebuah Perspektif Menuju Parung Yang Lebih Baik
Oleh: Iman P Rahman
Pusat Pengembangan Sumber Daya Pemuda
Daya MUDA

Pengantar


Parung Tempat Kita Bermukim
Parung adalah wilayah kecamatan penyangga (crosslink) 3 wilayah daerah tinggkat dua (kodya Depok, kebupaten Tangerang (provinsi banten), dan Kabupaten Bogor) serta relatif dekat dengan ibukota Negara Jakarta memberinya nilai prestisius dari sisi bisnis, budaya dan geopolitis. Berada pada ketinggian 125 meter di atas permukaan laut, Parung memiliki luas wilayah 7.376,59 Ha, dihuni lebih dari 97.822 orang (sekitar 23.663 orang kepala keluarga). Dengan curah hujan 298,1 mm per tahun membuatnya menjadi daerah subur yang cocok untuk budidaya beragam produk perikanan dan pertanian. Sebagai wilayah administrasi kecamatan ia memiliki 9 desa/kelurahan (Waru Induk, Waru Jaya, Bojong Indah, Bojong Sempuh, Iwul, Jabon Mekar, Cogreg, Pemagersari dan Parung).
Faktanya 96,5 % penduduknya adalah pemeluk agama Islam, sisanya sesuai peringkat jumlah adalah; Kristen protestan, Budha, katolik, Hindu dan sebagian kecil Konfuchu. Di era (demokrasi) dimana jumlah mayoritas dituntut dan berkesempatan berkontribusi besar dalam perubahan dan kemajuan wilayah, data faktawi inilah yang menjadi dasar penting (strategi budaya) Rekonstruksi Sosial yang kita susun
Satu hal; tanah, dalam agama ini, ternyata adalah persoalan sekunder bukan yang utama. Sebab yang berpijak di atas tanah adalah manusia maka di sanalah Islam pertama kali menyemaikan dirinya: dalam ruang pikiran, ruang jiwa, dan ruang gerak manusia. Tanah (administratif) hanya akan menjadi penting ketika komunitas baru telah terbentuk yaitu sebuah entitas manusia beradab.




Rekonstruksi Sosial sebuah Model Awal Memajukan Parung
Karena manusia yang akan melaksanakan dan mengoperasikan sistem tersebut maka manusia harus disiapkan untuk peran itu. Secara struktural, unit terkecil dalam masyarakat manusia adalah individu. Itulah sebabnya rekonstruksi sosial harus dimulai dari sana; membangun ulang susunan kepribadian individu, mulai dari cara berpikir hingga cara berprilaku. Setelah itu inidividu-individu itu harus disambungkan satu sama lain dalam satu sistim jaringan yang baru, dengan dasar ikatan kebersamaan yang baru, identitas kolektif yang baru, sistim distribusi sosisal ekonomi politik yang juga baru.
Begitulah Rasulullah SAW memulai pekerjaannya. Beliau melakukan penetrasi ke dlam wilayah Quraisy dan merekrut orang-orang terbaik diantara mereka. Menjelang hijrah ke Madinah, beliau juga merekrut orang-orang terbaik dari penduduk Yastrib.
Maka, terbentuklah sebuah komunitas baru dimana Islam menjadi basis identitas mereka, akidah menjadi dasar ikatan kebersamaan mereka, ukhuwah menjadi sistem jaringan mereka, dan keadilan menjadi prinsip sistim distribusi sosial ekonomi politik mereka. Tapi perubahan itu bermula dari sana; dari dalam diri individu, dari dalam pikiran, jiwa dan raganya.
Model rekonstruksi sosial seperti itu mempunyai landasan pada sifat natural manusia, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Perubahan mendasar akan terjadi dalam diri individu jika ada perubahan mendasar pada pola pikirnya karena pikiran adalah akar perilaku. Masyarakat juga begitu. Ia akan berubah secara mendasar jika individu-individu dalam masyarakat itu berubah dalam jumlah yang relatif memadai. Tapi, model perubahan ini selalu gradual dan bertahap. Prosesnya lebih cenderung evolusioner, tapi dampaknya selalu bersifat revolusioner. Inilah makna firman Allah SWT:
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri” (QS Ar Ra’du: 11)
Jadi, rekayasa budaya menuju masyarakat baru yang maju dan beradab tinggi harus dimulai dari strategi besar rekonstruksi individu. Ini pekerjaan rumit dan menantang. Namun, Inilah amal dakwah yang nubuwwah sekaligus menarik.
Mari Kita Telaah Sirah Nabawi, tentang strategi perubahan...
Hijrah dalam sejarah dakwah Rasulullah saw adalah sebuah metamorfosis dari gerakan menuju pemberdayaan masyarakat dan negara. Tiga belas tahun sebelumnya Rasulullah saw melakukan penetrasi social yang sangat sistematis, dimana Islam menjadi jalan hidup individu: Islam ”memanusia” dan kemudian memasyarakat. Sekarang, melalui hijrah, masyarakat itu bergerak linear menuju pemberdayaan negara untuk berkontribusi bagi peradaban bumi. Melalui hijrah gerakan itu menegara, dan madinah adalah wilayahnya.
Kalau individu membutuhkan akidah, maka Negara membutuhkan sistem. Setelah komunitas Islam menegara, dan mereka memilih Madina sebagai wilayahnya. Allah SWT menurunkan perangkat sistem yang mereka butuhkan. Turunlah ayat-ayat hukum dan berbagai kode etik sosial, ekonomi, politik, keamanan dan lain-lain. Lengkaplah sudah susunan kandungan sebuah negara: manusia, tanah dan negara.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw persis yang dilakukan pemimpin politik yang akan membentuk negara.
  1. Membangun infrastruktur negara dengan masjid sebagai simbol dan perangkat utamanya
  2. Menciptakan kohesi sosial (pertautan oarang) melalui proses persaudaraan antar komunitas darah yang berbeda tapi menyatu sebagai komunitas agama, antara komunitas Quraisy dan Yastrib menjadi komunitas Muhajirin dan Anshar
  3. Membuat nota kesepakatan untuk hidup bersama dengan komunitas lain yang berbeda, sebagai sebuah masyarakat pluralistik yang mendiami wilayah yang sama, melalui piagam Madinah.
  4. Merancang sistem pertahanan negara melalui konsep Jihad fi sabilillah.
Lima tahun pertama setelah hijrah kehidupan dipenuhi oleh kerja keras Rasulullah saw beserta para sahabat beliau untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup negara Madinah. Dalam kurun waktu itu, Rasulullah saw telah  melakukan lebih dari 40 kali peperangan dalam berbagai skala. Yang terbesar dari semua peperangan tersebut adalah perang Khandak, dimana kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Setelah itu, tidak ada lagi yang terjadi di sekitar Madinah karena semua peperangan sudah bersifat ekspansif. Negara Madinah membuktikan kekuatan dan kemandiriannya, eksistensinya dan kelangsungannya. Di sini, kaum muslimin telah membuktikan kekuatannya, setelah sebelumnya kaum muslimin membuktikan kebenarannya.
Sebuah hikmah Sirah Nabi....
Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk menggagas Parung yang lebih baik dan maju, maka sebagai sebuah bangunan sosial dan teritori, Parung membutuhkan :
1.       Manusia, pihak yang akan mengisi suprastruktur. Yaitu manusia Parung yang berjumlah hampir 100.000 orang itu!!! Dan 96,5 % diantaranya beragama Islam.
2.       Sistem, perangkat lunak (software), sesuatu dengan apa kita berprilaku dan bekerja.
Islam dalam hal ini ditawarkan sebagai alternatif. Karena Islam itu adalah sistem, yang bersifat given. Diberikan Allah SWT secara Cuma-Cuma. Tapi, manusia adalah sesuatu yang dikelola dan dibelajarkan sedemikian rupa hingga sistem terbangun dalam dirinya, sebelum kemudian mengoperasikan kemajuan Parung dengan visi dan karakter sistem tersebut. Ini dimaksudkan agar pribadi dan umat Islam tidak kehilangan identitas aslinya untuk hidup maju dan egaliter di negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini.
3.       Jaringan Sosial. Manusia sebagai individu hanya mempunyai efektifitas ketika ia terhubung dengan individu lainnya secara fungsional dalam suatu arah yang sama.
Manusia dan sistem adalah bahan dasarnya sedangkan jaringan sosial menjadi pendukung utamanya disamping potensi geografis dan ekonomis Parung.
Itulah perangkat utama yang diperlukan untuk memajukan wilayah Parung: Sistem, Manusia dan jaringan Sosial. Apabila kedalam unsur-unsur utama itu kita masukkan unsur ilmu pengetahuan dan unsur kepemimpinan maka keempat unsur utama tersebut  akan  bersinergi dan tumbuh secara lebih cepat. Walaupun, secara implisit, sebenarnya unsur ilmu pengetahuan sudah masuk ke dalam sistem, dan unsur kepemimpinan sudah masuk ke dalam unsur manusia.

A.  Manusia sebagai Pembawa Peran dan Eksekutor
Menghimpun Kader Pemimpin yang Kompeten
Membicarakan perubahan dan kemajuan, perhatian kita tertuju pada stok dan keberdayaan pemimpin kita. Dari prespektif itu; maka bila ingin memperbaiki umat atau masyarakat, maka harus mengarah pada perbaikan individu. Konsep terbaik untuk merubah individu adalah bekerja dengan meringkas waktu. Bahwa untuk itu kita harus melihat individu yang akan berperan besar memajukan Parung  itu adalah individu yang mempunyai dua(2) kualitas:
1.       Individu ini mempunyai fitrah untuk berubah dan kembali kepada Islam. Dimana kadar kontaminasi budaya jahiliyah di dalam dirinya relatif sedikit dan memiliki harapan untuk sembuh serta kembali kepada Islam.
2.       Orang itu hendaknya juga mempunyai bakat & potensi dalam dirinya untuk menyembuhkan orang lain atau untuk melakukan perubahan.
Jadi orang tersebut pertama mempunyai kesiapan untuk berubah serta kedua kemampuan untuk mengubah. Sehingga nantinya setiap orang yang berubah itu merupakan agen perubahan (agent of change) selanjutnya (efek multiflier). Inilah pekerjaan menghimpun sumber daya kader pemimpin Parung masa depan.

B.  Berkontribusi atas nama Islam dan Kesadaran ke-Islam an
Dari sisi Islam dan umat Islam, yang kita sebut pencapaian kemajuan Parung (sehat, sejahtera, makmur dan damai) adalah bagaimana mengembalikan hidup dan kehidupan masyarakat Parung (umat Islam) sesuai kehendak Allah SWT atau Mengatur hidup ini agar sesuai dengan design Allah. Ikhtiar menyiapkan kader umat yang kompeten tadi dapat dilakukan dengan metoda: Afiliasi, partisipasi dan kontribusi. Langkah-langkah dimaksud adalah;
1. Afiliasi (personal strength)
Merupakan tahap awal di mana seseorang bergabung dan memperbaharui kembali ;
a.  Komitmentnya terhadap Islam
- komitmen aqidah yaitu menetapkan tujuan dan orientasi/visi/misi kehidupan
- komitmen ibadah yaitu menentukan pola dan jalan kehidupan atau cara kita menjalani kehidupan
- komitmen akhlaq yaitu menentukan pola sikap dan perilaku dalam segala aspek kehidupan
b. Menjadikan islam sebagai basis identitas yang membentuk paradigma,
c.  Memperbaharui mentalitas dan karakternya.
Pada tahap ini seorang muslim akan menjadi kuat secara pribadi karena memiliki ;
- Paradigma kehidupan yang benar dan jelas,
- Struktur mentalitas yang solid dan kuat serta
- Karakter yang kokoh dan tangguh
2. Partisipasi, (Social strength)
merupakan tahap kedua di mana seorang muslim telah mencapai kesempurnaan pribadinya, yang kemudian terjun ke masyarakat, menyatu dan bersinergi dengan mereka dalam rangka mendistribusikan keshalihannya. Dalam proses ini, ada 3 hal yang perlu dilakukan, yaitu:
a.  Komitmen untuk mendukung semua proyek kebajikan dan melawan semua projek kerusakan di tengah masyarakat
b. Komitmen untuk selalu menjadi aktor pemberi atau pembawa manfaat dalam masyarakat
c.  Komitmen untuk selalu menjadi faktor perekat masyarakat dan pencegah disintegrasi sosial.
Pada tahap ini maka seorang muslim akan menjadi seorang yang memiliki kesadaran partisipasi yang kuat, karena ia;
- Menjadi aset kebajikan yang terintegrasi dengan komunitasnya serta
- Menjadi faktor perekat dan pembawa manfaat dalam masyarakat.
3. Kontribusi (professional touch)
merupakan tahap ketiga di mana seorang muslim yang sudah terintegritas dengan komunitas dan lingkungannya (keluarga, perusahaan dan masyarakat) berusaha meningkatkan efisiensi dan evektifitas hidupnya). Caranya dengan menajamkan posisi dan perannya, sehingga memiliki bidang spesialisasi yang dikuasainya. Dengan itu, ia akan dapat memberikan kontribusi sebesar-besarnya dan menyiapkan "amal unggulan" dalam hidupnya. Amal itu ia persembahkan bagi Allah, ummat dan kemanusiaan secara umum, bagi komunitas sosial dan bisnisnya secara khusus.
Pada tahap ini seorang muslim akan menjadi seorang yang ;
- Selalu berorientasi pada amal, karya dan prestasi
- Secara konsisten melakukan perbaikan dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan bidang yang   ditekuninya tersebut.
Jadi secara ringkas, manusia muslim tadi harus bergabung dulu dengan Islam (afiliasi) hingga Islam menjadi karakter dirinya (kesolehan pribadi), kemudian ia nyemplung dan bergaul dengan masyarakat dan permasalahannya (partisipasi) menyemai kesolehan pribadinya agar lingkungan masyarakatnya ikut soleh. Serta menjadi pekerja-pekerja profesional atau ulung pada bagitu banyak aspek dengan keahlian khusus (kontribusi) membuatnya memiliki kesolehan profesi dalam amanah. Jangan di balik atau tidak berurut karena tampak bukan memberi solusi tapi kadang menjadi problema baru dalam meretas sumbangsih Islam dan umat Islam.


C.   Membangun Jaringan Sosial
Orang-orang shalih diantara kita harus segera menyadari bahwa tidak banyak yang ia berikan atau sumbangkan untuk Islam kecuali jika ia bekerja di dalam dan melalui jama’ah. Mereka tidak dapat menghindari fakta,;
  • Tidak ada orang yang dapat mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain
  • Tidak pernah ada orang yang dapat melakukan segalanya atau menjadi segalanya,
  • Kecerdasan individual tidak pernah dapat mengalahhkan kecerdasan kolektif
  • Kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh para ahli dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi. Semua aktivitas manusia dilakukan di dalam dan melalui organisasi; pemerintahan, politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan dan lain-lain. Itu merupakan kata kunci, mengapa masyarakat modern menjadi sangat efektif, efisien dan produktif.
Masyarakat modern bekerja dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka itu dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu yang lain.
Disinilah perlunya jaringan sosial itu, jaringan kekuatan pencari/pembangun-pemelihara dan pembela kebenaran (baik kebenaran yang dilihat manusia atau universal dari Allah SWT). Mereka yang dihimpun adalah para pemikir konseptual (startegi perencanaan dan gerakan), para eksekutor yang handal dan efektif, para donasi yang ikhlas dan berdaya, para perakit ikatan kebersamaan masyarakat. Mereka adalah Jaringan media, lobi politik, dana, serta fikrah yang produktif dan solutif. Jaringan itu dapat berupa organisasi atau lembaga yang mewadahi orang-orang tadi.
Musuh-musuh Al Haq mengelola dan mengorganisasi pekerjaan-pekerjaan mereka dengan rapi, sementara kita bekerja sendiri-sendiri tanpa organisasi, dan kalau ada biasanya tanpa manajemen.
Selain kesadaran dasar yang harus ditumbuhkan tadi, ada persyaratan psikologis lain yang harus kita miliki jaringan yang dapat bekerja lebih efektif, efisien dan produktif adalah;
  1. Kesadaran bahwa kita hanya lah bagian dari fungsi pencapaian tujuan. Individu harus ditempatkan sebagai salah satu elemen saja dalam startegi besar komprehensif untuk mencapai tujuan. Jadi sehebat apapun individu, bahkan sebesar apapun kontribusinya, dia tidak boleh merasa lebih besar daripada strategi dimana ia merupakan salah satu bagiannya. Bila tidak organisasi ini akan berantakan. Untuk itu, setiap individu harus memiliki kerendahan hati yang tulus.
  2. Semangat memberi yang mengalahkan semangat meminta. Dalam kehidupan berorganisasi atau berjama’ah terjadi proses memberi dan meminta. Disini kita butuh kearifan dan keikhlasan yang tinggi.
  3. Kesiapan untuk menjadi tentara yang kreatif. Pusat stabilitas organisasi adalah kepemimpinan yang kuat. Namun, seorang pemimpin hanya akan efektif apabila ia mempunya anggota-anggota yang taat dan setia. Ketaatan dan kesetiaan adalah inti keprajuritan.
  4. Berorientasi pada karya, bukan pada posisi. Jebakan terbesar yang dapat menjerumuskan kita dalam kehidupan berorganisasi adalah posisi struktural. Organisasi hanyalah wadah kita untuk beramal.
  5. Bekerjasama walaupun berbeda. Perbedaan adalah tabiat kehidupan yang tidak dapat dimatikan oleh organisasi. Maka, menjadi hal yang salah jika berharap bisa hidup dalam sebuah organisasi yang bebas dari perbedaan. Yang harus kita tumbuhkan adalah kemampuan jiwa dan kelapangan dada untuk tetap bekerjasama di tengah berbagai perbedaan. Perbedaan tidaklah sama dengan perpecahan, dan karena itu kita tetap dapat bersatu walaupun kita berbeda.
Bekontribusi melalui wadah organisasi Islam
Lebih realistis untuk mencari organisasi yang efektif daripada organisasi yang ideal. Organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat mengeksekusi atau merealisasikan rencana-rencananya. Kemampuan eksekuasi itu lahir dari integrasi antara berbagai elemen;
·         Ada sasaran dan target yang jelas,
·         Strategi yang tepat,
·         Sarana pendukung yang memadai,
·         Pelaku yang bekerja dengan penuh semangat,
·         Lingkungan strategis yang kondusif.
Organisasi yang didirikan untuk kepentingan menegakkan syariat Allah SWT di muka bumi, atau ikut berkontribusi memajukan Parung seyogyanya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1.       Ikatan akidah, bukan kepentingan. Orang-orang yang berhimpun dalam organisasi itu disatukan oleh ikatan akidah, dipersaudarakan oleh iman, dan bekerja untuk kepentingan Islam. Mereka tidak disatukan oleh kepentingan duniawi yang biasanya lahir dari dua kekuatan syahwat; keserakahan (hubbud dunya) dan ketakutan (karihatul maut).
2.       Organisasi adalah sarana bukan tujuan. Posisinya harus tegas dan jelas; organisasi adalah sarana bukan tujuan, sehingga tidak ada alasan unutk memupuk dan memelihara fanatisme sekedar untuk menunjukkan  kesetiaan kepada organisasi.
3.       Sistem, bukan tokoh. Organisasi akan menjadi efektif jika orang-orang yang ada didalamnya bekerja dengan sebuah sistem yang jelas, bukan bekerja dengan seseorang yang berfungsi sebagai sistem. Pemimpin dan prajurit hanyalah bagian dari strategi, sistem adalah sesuatu yang terpisah. Dengan cara ini, kita mencegah munculnya diktatorisme, dimana selera sang pemimpin menjelma menjadi sistem.
4.       Penumbuhan, bukan pemanfaatan. Sebuah organisasi akan menjadi efektif jika ia memandang dan menempatkan orang-orang yang bergabung ke dalamnya sebagai pelaku-pelaku, yang karenanya perlu ditumbuh kembangkan secara terus menerus untuk fungsi pencapaian tujuan organisasi itu.
5.       Mengelola perbedaan, bukan mematikannya. Organisasi yang efektif selalu mampu mengubah keragaman menjadi sumber kreatifitas kolektifnya, dan itu dilakukan melalui mekanisme syura yang dapat memfasilitasi setiap perbedaan untuk diubah menjadi konsesus

Setelah kita menyiapkan kehadiran mereka, maka kita tinggal mengucapkan selamat datang dan selamat bekerja membangun karya agung; Parung yang maju dan mubarok. Wajah Parung akan digambar dan dibangun elok dan kukuh. Namanya merdu di telinga serta menjadi tempat belajar banyak kalangan tentang rahasia membangun masyarakat yang beradab. Hidup saling menghargai dalam pluralitas serta bertumbuh dinamis secara lebih dewasa. Suatu saat semua orang sadar betapa Islam pernah hadir dalam pelataran sejarah sebagai bangunan peradaban yang membahagiakan masyarakat bumi, dan di sini...di wilayah parung ini...kita pernah merakit kerja kecil menuju solusi, ....dari riak menuju peradaban.

Semoga Allah SWT menghimpun semua kebaikan kita sebagai kekuatan yang efektif menyelesaikan tugas bersama mengurusi tantangan permasalahan Parung. Amin.



PARUNG DALAM DATA
DATA GEOGRAFI
·   Luas Wilayah : 7.376,59 Ha
·   Ketinggian dari permukaan laut : 125 Meter DPL
·   Suhu Makximum/minimum : 22° C/27 ° C
Jarak pusat pemerintahan kecamatan dengan :
·   Desa/Kelurahan yang terjauh : 18 Km
·   Ibukota Kabupaten Bogor : 20 Km
·   Ibukota Provinsi Jawa Barat : 140 Km
·   Ibukota Negara RI Jakarta : 30 Km
Curah Hujan :
·   Jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak : 24 hari
·   Banyaknya curah hujan : 298,1 mm/th
Pemerintahan Desa/Kelurahan :
·   Jumlah Desa : 9 buah
DATA DEMOGRAFI
·   Jumlah Penduduk : 97.822 orang
·   Jumlah Kepala Keluarga : 23.663 orang
Penduduk menurut jenis kelamin :
·   Jumlah Laki-laki : 50.298 orang
·   Jumlah Perempuan : 47.524 orang
Penduduk menurut Kewarganegaraan :
·   WNI Laki-laki : 50.298 orang
·   WNI Perempuan : 47.524 orang
·   WNA Laki-laki : orang
·   WNA Perempuan : orang
Penduduk menurut agama :
·   Islam : 72.575 orang
·   Khatolik : 554 orang
·   Protestan : 1.081 orang
·   Hindu : 106 orang
·   Budha : 926 orang
·   Konghucu : - orang
Jumlah Penduduk menurut pendidikan
·   Tamat SD/Sederajat : 2.070 orang
·   Tamat SLTP/Sederajat : 909 orang
·   Tamat SMU : 278 orang
·   Tamat SMK : 182 orang
·   PLS :
Paket A : 192 orang
Paket B : 161 orang
Paket C : 82 orang


Sumber: www.kabupaten Bogor.com
(medio Februari  2008)

Wallahu ’alam bishawab








Tidak ada komentar: